Thursday, June 2, 2011

Lelaki Yang Baik Agamanya

Rabu, 01/06/2011 13:12
Oleh Yogie Edi Irawan

Malam itu, ia telah membuat suatu keputusan bersejarah dalam hidupnya. Saya sendiri yang telah menjadi saksi seorang pemuda yang meninggalkan indahnya malam minggu waktu itu, untuk hadir menghabiskan waktunya bersama kami dalam sebuah kumpulan. Ia sadar akan keputusan itu dan tahu bahwa resikonya ia harus berpisah dari kumpulan-kumpulan sebelumnya menuju kumpulan yang lebih baik dan abadi. Kumpulan di mana kami saling melempar senyum dan beruluk salam. Kumpulan dimana kami saling mengajak untuk beriman dan melakukan amal shalih. Kumpulan yang membuat seseorang bermetamorfosis menjadi mukmin yang shalih. Kumpulan dimana mukmin itu harus menjadi kupu-kupu dan mendistribusikan pesona kebaikannya ditengah umat. Kumpulan yang ia pilih itu adalah halaqah Islam.

Malam itu di mushola kecil, tepat tak jauh dibelakangnya berdiri sebuah pusat pembelanjaan termegah di kota Tangerang. Bagi seorang pemuda, malam itu sangatlah menggoda. Malam minggu dengan ritual-ritual jahiliyah modern yang diadakan di pusat perbelanjaan. Ditambah hiruk-pikuk kendaraan di mana muda-mudi yang bukan mahramnya berboncengan sambil berpelukan. Gadis-gadis cantik dengan pakaian balita hilir mudik dipinggir jalan. Tak jarang lewat didepan mushola kecil kami. Tapi itu semua, tak sedikitpun menyurutkan langkah kakinya ke mushola kami. Tak sedikitpun menggoda dirinya untuk bersama kumpulan-kumpulan yang hanya membunuh waktu dan melumuri dirinya dengan maksiat.



Ia duduk bersama kami dalam lingkaran. Mengenalkan dirinya. Dan ia mengutarakan maksud dan tujuannya, “Saya ingin hijrah!”. Itu saja. Pendek, ringkas dan jelas. Kata-kata itu kelak menjadi isyarat bahwa dirinya harus berubah menjadi pribadi yang lebih baik dengan berkomitmen kepada Islam. Dan itu terbukti di hari-hari selanjutnya ia menjadi orang yang selalu hadir tepat waktu dalam kumpulan kami dan tak pernah ia tak hadir tanpa alasan syar’i. Itu menandakan tekadnya yang membaja untuk berubah
Saya masih ingat, ketika ia pertama kali membaca Al-Qur’an. Terbata-bata dan sedikit di eja. Tapi tak sedikitpun melumpuhkan tekadnya untuk terus belajar. Saya juga masih ingat kalau ia berusaha menahan untuk tidak merokok di hadapan kami karena ia malu melihat kami tak ada yang merokok. Pernah suatu hari ia bercerita bahwa ia memiliki seorang pacar, tapi ia tak berani mengambil keputusan untuk segera menikah atau mengakhiri hubungan haramnya itu.

Dan hari-hari itu terus berjalan. Ia menjadi orang yang pertama. Pertama hadir dalam halaqah. Pertama bergerak dalam setiap agenda-agenda dakwah. Pertama yang meringankan tangannya diantara kami yang mengalami kesusahan. Dan di hari-hari berjalan itu juga ia sudah mulai lancar membaca Al-Qur’an. Bahkan hafalannya pun mulai bertambah. Dan ia juga bercerita, bahwa kebiasaannya berkumpul dengan kami membuat ia terbiasa untuk tidak merokok. Perlahan ia akhirnya berhenti merokok. Dengan bertambahnya ilmu dan iman, tanpa perlu di antara kami menegurnya, ia mengakhiri hubungan haramnya dengan sang pacar.

Hari ini, saat saya menulis tulisan ini, sudah tiga tahun dari malam bersejarah itu, ia sedang berbahagia karena telah menemukan sang kekasih hati. Seorang akhwat shalihah bersanding dengannya di pelaminan. Akhwat yang ia baru kenal satu bulan yang lalu melalui proses ta’aruf (perkenalan) melalui murrabi (pembimbing) kami. Ia telah mengakhiri masa lajangnya. Dan hari ini juga ia meminta kami untuk mengumpulkan anak-anak yatim, dan mengundangnya dihari pernikahannya. Diajaknya makan bersama dan diberi santunan. Subhanallah. Di hari pernikahannya ia masih ingin memberikan suatu yang terbaik untuk dicatat dalam hidupnya.
***

Dalam kehidupan beragama ini, kita mungkin sering bertanya, seperti apakah orang yang baik agamanya itu? Apakah orang yang pengetahuan agamanya cukup banyak? Apakah orang yang bersikap keras dalam beragama? Sehingga mudah dalam mengharamkan sesuatu?
Mungkin kita sering menyaksikan orang yang memiliki pengetahuan agama cukup banyak. Mereka dapat menjelaskan berbagai dalil dengan baik bahkan bisa berdebat dengan fasih, tetapi mereka tidak benar-benar merasakan agama sebagai dorongan dalam bertindak dan penuntun dalam berbuat. Agama tidak memberi inspirasi dalam kehidupan mereka. Dalam hal ini, agama mirip dengan pengetahuan kita tentang biologi atau kimia, meskipun agama tetap memberi pengaruh bagi kehidupan orang yang mengetahui ilmunya, serendah apapun. Acapkali mereka tidak memiliki kebanggaan terhadap agamanya. Acapkali justru perasaan minder ketika berbicara dengan mendasarkan pada seruan agama. Sebagai akibatnya, agama seakan kehilangan relevansinya dengan kehidupan kita sekarang, meski sebenarnya yang terjadi adalah kita tidak pernah berusaha memahami kehendak agama atas kehidupan kita sehari-hari.
Atau di tempat lain, kita juga tak jarang melihat orang yang sedang mengalami euforia dalam beragama. Mereka sedang semangat-semangatnya menjalankan agama sehingga tak jarang sikap mereka berlebihan. Pada umumnya, ilmu agama mereka masih dangkal. Itu sebabnya mereka sering bertindak sangat reaktif tanpa berusaha untuk tabayyun ‘konfirmasi’ ketika menjumpai perbedaan pendapat untuk soal-soal kecil yang guru-guru mereka paling senior justru menerimanya dengan lapang dada.

Sikap mereka yang reaktif dan tampak semangat, sering kita salah artikan sebagai militansi, padahal euforia yang tidak dikendalikan dengan baik justru rentan terhadap futur (terputus di tengah jalan) sehingga justru merusak militansi. Orang-orang yang mengalami euforia sering tampak lebih bersemangat, lebih gegap gempita, dan lebih keras reaksinya terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan apa yang diyakini. Sikap yang berlebihan itu justru pada gilirannya menyebabkan mereka mudah kehilangan semangat.

Simaklah beberapa nasehat Rasulullah saw. berikut ini;
“Setiap amal itu ada masa semangat dan masa lemahnya. Barangsiapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam Sunnahku (petunjukku) maka dia telah beruntung. Akan tetapi, barangsiapa yang beralih kepada selain itu berarti ia telah celaka.” (HR. Ahmad)
Rasulullah saw. juga pernah mengingatkan Abdullah bin Amr bin Ash r.a., “Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Sebelum ini, ia rajin bangun pada malam hari (Shalat Tahajjud), namun kemudian ia tinggalkan sama sekali.” (HR. Bukhari)
Lalu seperti apakah orang yang baik agamanya itu? Cerita diawal tadi, tentang seorang sahabat, mungkin bisa jadi contoh orang yang baik agamanya. Cobalah perhatikan Al-Qura’an berbicara tentang mereka;

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali-Imran [3] : 133-136)

Lihatlah, apakah Qur’an berbicara bahwa mereka yang baik agamanya itu orang yang cukup banyak ilmunya? Atau orang yang pandai berdebat? Atau yang keras dalam beragama dan tidak memudahkan? Padahal Rasulullah saw. memperingatkan kita untuk mempermudah dalam beragama dan bukan mempersulit. Sengaja di ayat itu saya mempertebal beberapa kata, untuk menunjukan ciri-ciri mereka dalam Al-Qur’an.

Mereka bisa jadi telah banyak memiliki ilmu agama atau bisa jadi membaca Al-Qur’an saja sangat kesulitan. Akan tetapi, ada yang mempersamakan mereka, baik yang sudah banyak ilmunya maupun yang awam. Kesadaran bahwa kita sangat lemah dan senantiasa terbuka peluang untuk melakukan kekhilafan membuat mereka mudah menerima tausiyah nasihat dan saran sekalipun dari yang lebih muda. Adakalanya memang mereka masih jauh ilmu agamanya dari memadai, tetapi kesiapan mereka untuk belajar, menerima kebenaran, serta mengubah diri kearah yang lebih baik sesuai batas kesanggupannya, menjadikan mereka mudah disentuh dengan ayat-ayatnya.

Pembicaraan tentang mereka sesungguhnya sangat menari, tetapi saya dapati diri saya masih amat jauh keadaannya dibanding mereka serta sahabat yang saya ceritakan di awal. Tak patut rasanya menuliskan panjang lebar, sementara diri ini masih perlu dipertanyakan. Karenanya, saya cukupkan sampai di sini. Semoga Allah menjadikan kita masuk dalam golongan orang-orang bertakwa, yang baik agamanya. Allahuma amin.
Wallahualam bi shawab.

Tangerang, 17 Juli 2010
ikhwan_gie@yahoo.co.id
http://www.gieirawan.blogspot.com/

Monday, May 23, 2011

Perhatian!!! GEMPA dari Indonesia

Salam.
PERHATIAN!! UIA akan di gegarkan dengan GEMPA dari INDONESIA by
*IZZATUL ISLAM & MUADZ ZULKEFLI
*CHARITY CONCERT FUND for RAMADHAN FUND
*29/5/2011(Ahad mlm)
*8pm
*Main Audi
*Tempahan tiket RM5 (Bro. 0136188611 and sis 0132217096)
# RASai GEGARANNYA#

Friday, December 11, 2009

Pencarian Ahmed Deedat...


Assalamualaikum wbt

Sebagai perkongsian..
Debate antara lawyers di Malaysia
Ini yang dikatakan dakwah tidak boleh dalam zon selesa sahaja
ayuh!

sahut seruan ini..terutamanya law students

sila berkunjung ke

http://www.malaysianbar.org.my/legal/general_news/minister_study_proposal_on_switch_to_syariah_law_thoroughly.html#jc_allComments

Sunday, May 31, 2009

Aku Rindu Dengan Zaman Itu


Dengan nama Allah yang Maha PEmurah lagi Maha Penyayang

Aku Rindu Dengan Zaman Itu


Aku rindu zaman ketika halaqoh adalah kebutuhan,

bukan sekedar sambilan apalagi hiburan

Aku rindu zaman ketika membina adalah kewajiban,

bukan pilihan apalagi beban dan paksaan

Aku rindu zaman ketika dauroh menjadi kebiasaan, bukan sekedar pelengkap pengisi program yang dipaksakan



Aku rindu zaman ketika tsiqoh menjadi kekuatan, bukan keraguan apalagi kecurigaan

Aku rindu zaman ketika tarbiyah adalah pengorbanan,

bukan tuntutan dan hujatan

Aku rindu zaman ketika nasihat menjadi kesenangan bukan

su'udzon atau menjatuhkan



Aku rindu zaman ketika kita semua memberikan segalanya

untuk da'wah ini

Aku rindu zaman ketika nasyid

ghuroba menjadi lagu kebangsaan

Aku rindu zaman ketika hadir di liqo adalah kerinduan, dan

terlambat adalah kelalaian



Aku rindu zaman ketika malam gerimis pergi ke puncak mengisi dauroh dengan ongkos ngepas dan peta tak jelas

Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah benar-benar jalan kaki 2 jam di malam buta sepulang tabligh dawah di desa sebelah



Aku rindu zaman ketika akan pergi liqo selalu membawa uang infak, alat tulis, buku catatan dan Qur'an terjemahan ditambah sedikit hafalan

Aku rindu zaman ketika seorang binaan menangis karena tak bisa hadir di liqo

Aku rindu zaman ketika tengah malam pintu depan diketok untuk mendapat berita kumpul subuh harinya



Aku rindu zaman ketika seorang ikhwah berangkat liqo dengan ongkos jatah belanja esok hari untuk keluarganya

Aku rindu zaman ketika seorang murobbi sakit dan harus dirawat, para binaan patungan mengumpulkan dana apa adanya

Aku rindu zaman itu,


Aku rindu...

Ya ALLAH,

Jangan Kau buang kenikmatan berda'wah dari hati-hati kami

Jangan Kau jadikan hidup ini hanya berjalan di tempat yang sama


desa_ahmad

-------------------------------------------------------------------------------------------------


Ya Allah, aku juga ingin merasainya...

Tuesday, May 12, 2009

Overload kerja

Bismillahhirrahmanirahim…

Saya biasa dengar kawan2 selalu sebut overload kerja. Saya dapati konsep overload kerja ni sama dengan konsep subject yang saya sudah belajar. Bagi saya yang ambil subject C++/object
oriented programming,overloading tidak menjadi masalah kerana yang bekerja adalah mesin.

Cth coading:

void print(int x)
{ cout << x; }
void print(const Passenger&pass)
{ cout << pass.name << " " << pass.mealPref;
if(pass.isFreqFlyer)
cout << " " << pass.freqFlyerNo; }

Saya ingin mengumpamakan void print di atas adalah seorang individu yang sama, memikul pelbagai tanggungjawab yang berbeza dalam satu2 masa. Dialah yang merancang, dialah yang melaksana, dialah yang buat report dan boleh dikatakan semua kerja dialah yang uruskan. Bagi sesebuah system coading saya kira ia tidak menjadi masalah. Yang menjadi persoalannya kenapa wujud overload kerja dalam kelompok muslim yang yang dikatakan merasai ukhuwwah fillah. Benarkan ukhuwwah yang terjalin ini betul2 sudah dirasai oleh kita sehingga kawan kita berhempas-pulas seorang diri melaksanakan tugas?


Jika kita imbau sirah ,zaman para sahabat, tabi' mahupun tabi' tabiin kita akan dapati ukhuwwah sangat penting dalam perkembangan Islam itu sendiri.Contohnya,dalam satu perang salib. Ketika peperanagn sudah reda. Tentera kristian kehairanan melihat sekumpulan tentera muslimin mengejar sesuatu yang berada di dalam sungai. Setelah di selidik, rupa2nya satu cawan tentera muslimin jatuh ke dalam sungai. Mereka sungguh ta’jub dengan sikap kebersamaan kaum muslimin yang saling rasa bertanggungjawab untuk mendapatkan kembali cawan yang jatuh tadi walaupun hanya sekecil2 perkara(cawan) apatah lagi perkara yang besar(mendapatkan daulah Islamiyyah).


Subhanallah shbt2, begitu kuat ukhuwwah mereka,saling rasa bertanggungjawab untuk memprotect antara satu sama lain. Kata panglima tentera kristian(maksudnya lbh kurang begini) “Jika begini kuat ukhuwwah kaum muslimin, kita selama-lamanya tidak mampu untuk mengalahkan mereka melalui peperangan.” Sebab itulah org kristian tidak lagi menguasai kaum muslimin dengan peperangn tapi dengan serangan pemikiran.Mrk hancurkan kekuatan kaum mislimin dengan hiburan etc.

Ada satu benda yang mengetuk benak fikiran ini bila baca satu hadith. Rasulullah saw bersabda, “seorang muslim dengan seorang muslim yang lain umpama seperti satu angota badan, jika sakit satu anggota maka akan sakit lah seluruh tubuh dengan tidak dapat tidur”.



Adakah saya boleh rasa bersenang-lenang sedang kawan satu biro saya atau kawan rapat saya sedang bertungkus-lumus menyelesaikan tugasan-tugasan yang masih tertunggak? WaAllahi…saya tak sanggup lihat ini terjadi. Walau tidak dapat menyelesaikan tugasan2 yang bertimbun2 itu sekuran2nya kita cuba ringankan bebannya dari segi menjaga makanan, pakaian dan kebersihan biliknya. Mana silapnya kita jika overload kerja masih terjadi kepada satu-satu kelopok muslim yang melafazkan,” kami berukhuwwah fillah” ? Silap strategi atau silap iman kita yang masih belum merasa kekuatan ukhuwwah dalam kita bersahabat? Tepuk dada tanya iman.


Rasulullah saw bersabda dalam satu hadith:
“Bukan dari golongan aku orang yang tidak mengambil peduli hal ehwal kaum muslimin”

Ya Allah, tempatkan daku di kalangan orang2 yang Kau cintai. Amin…



Saya melihat...untuk merungkaikan masalah overload kerja, perlulah kelompok kaum muslimin ini memperkuat ikatan ukhuwwah sesama mereka dengan meneguhkan ikatan kita dengan Raja yang memiliki segala hati(Allah).

"Dan Dia(Allah) yang mempersatukan hati mereka(org beriman). Walaupun kamu menginfakkkan semua(kekayaan) yang berada di bumi, nescaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (Al-Anfal8:63)


WaAllahua'lam...

Saturday, May 2, 2009

Aku menyintaimu FILLAH

Bismillahirrahmanirahim…




“Aku menyintaimu fillah”. Ungkapan hikmah dari hati atau dari kedua bibir semata-mata?

Bila bercakap pasal cinta, hati rasa berbunga-bunga dan bahagia. Mungkin ada yang senyum segan bila mula baca tajuk entri ini. Pap!!sungguh…orang Yahudi telah berjaya memandulkan pemikiran kita. Apa yang ada dalam fikiran kita sekarang? Bila bercakap tentang cinta, apa perkara yang pertama kita terbayang?? Mgkin majoritinya menterjemahkan cinta romeo & Julian. Knp bukan cinta Ilahi yang bertandang dulu dibenak pemikiran ini. Ayuh ubah paradigma ini, kembali kpd fikrah islami. Kita ubah segalanya…Islam mengajarkan cinta Allah yang pertama.


sayang-sayang Allah,
sayang-sayang Nabi
,
sayang-sayang ayah,
sayang-sayang ibu,
Allah…

Saya pernah tersentak bila sahabat saya pernah mengulas hal ini. Untuk enri kali ini saya bawakan “Aku menyintaimu fillah” buat kita mampu berfikir apa yang sudah kita tuturkan selama ini kerana “hati, akal dan fikiran akan di pertanggungjawabkan”.


Kita biasa mendengar atau kita sendiri yang menuturkan, “Sayang kamu,fillah”,” uhibbuki fillah” dan seumpama dengannya. Untuk itu, ayuh teliti analogi ini.


Analogi:
Kita memiliki satu payung merah hati. Sewaktu hendak membuka payung ni, kita hanya menolak separuh sahaja dari batang payung.( bleh bayang kan ape maksud saya?- anda pandai buka payung kan) Apa akan jadi pada payung kita? Tentulah bukaan payung tadi tidak sempurna atau kucup.Bagaimana pula jika anda menolak bukaan batang payung habis-habisan?? Sudah tentu kembang molek payung td


Apa yang cuba saya jelaskan di sini adalah ukuran sedalam mana cinta kita pada Allah berkait rapat dengan cinta kita pada saudara kita. Semakin dalam kita menolak batang payung, semakin kembang/ sempurna payung td. Sama juga dengan persaudaraan fillah ini, semakin dalam atau manis cinta kita kpd Allah, insyaAllah semakin subur cinta kita kpd saudara kita. Iman adalah basic kpd ukhuwwah. Iman lah yang mendorong kita bangkit membela saudara kita yang beribu-ribu km jauh dari kita bila mrk di serang. Kita bukan bwt demo Palestin/ perhimpunan halal seruan memboikot barang2 Israel dan sekutunya suka-suka, ikut kawan, cari pengalaman dan tambah kenalan. Tapi iman lah yang menolak kita utk ke sana.


Buktinya, persaudaraan dua saudara muhajirin dan ansar. Bila pertama kali berjumpa sudah sanggup berkorban apa sahaja utk saudaranya. Bukan semua orang Yathrib datang buat Perjanjian Aqabah I dan II untuk cukup menimbulkan cinta mereka kepada Muhajirin. Knp begitu?? Ketahuilah wahai saudara-saudari, keimanan telah pun terbina dalam diri golongan Ansar sebelum mereka menyambut ketibaan Rasulullah saw dan para Muhajirin lagi. Mereka bukan seibu-sebapa, pernah makan sepinggan mahupun tidur sebantal. Iman lah yang menautkan mereka. Selalu makan, berjalan, tidur dan selalu buat aktiviti bersama adalah antara wasilah-wasilah utk kita membentuk ukhuwwah tapi benda yang paling dasar adalah rasa kecintaan kpd Allah(level iman kita). Saya tidak kata buat aktiviti yang menyemai ukhuwwah itu tidak penting cuma dalam masa yang sama kita sama-sama semai iman ini.
Eg. Saling pesan-memesan utk berpuasa, jaga pandangan, qiam dan solat berjemaah.


Dapatlah saya simpul di sini bahawa, untuk membaiki rasa cinta kita kpd saudara kita perlulah di mulakan dengan membangkitkan rasa cinta kita kpd Allah dulu. Iaitu buat/ perbanyakkan aktiviti bersama* yang boleh membangkitkan iman kita.Kan kita yang menyandarkan rasa cinta itu kerana Allah. Maka kata-kata hikmah, “aku menyintamu fillah” bukan sekadar azimat yang hanya manis di mulut tapi jatuh ke lubuk hati.


*sesame gender

Thursday, April 23, 2009

Taa’sub!! kita terlibat sama??

Assalamua’laikum…


Untuk isu ini,bukan saya nak menilai sesiapa tapi nak menyeru kita semua untuk nilai diri sendiri. Saya hendak ketengahkan soal: taa'sub!!Kita terlibat sama??


Ya ayyuhal Ikhwah wa akhawat

Siapa yang di labelkan MAHASIAWA/WI?? Mereka adalah golongan cerdik pandai yang bebas dari pengaruh mana-mana kumpulan dalam membuat sesuatu penilaian. Itu salah satu perkara yang saya dapat dari satu kem kepimpinan. Betulkah kita adalah begitu bila berhadapan dengan satu-satu isu. Pandangan kita bergantung kepada maklumat yang ada atau copy pandangan kawan. Contohnya, Isu PPSMI. Benarkah semua mahasiswa/wi yang turun menyertai penyerahan memorandum bantahan PPSMI jelas dan faham sebab bantahan tersebut. Atau sekadar ikut-ikutan, taa’sub mahupun taklid buta. Mungkin golongan yang menaja perhimpunan tadi arif dalam bab ini tapi bagaimana kita yang menyertainya. Dalam bab akidah, jumhur ulama bersepakat mengharamkan taklid dalam akidah. Taa’sub dan taklid buta lah yang menjadikan umat ini lemah.



Orang kata, sejarah akan berulang maka belajarlah dari sejarah. Ayuh kita buka lipatan sejarah. Antara faktor2 kejatuhan Islam adalah sikap extreme berpuak dan taasub dengan mazhab masing2 sehingga menolak mentah2 kumpulan yang lain. Di sebabkan taa’sub, ada golongan dari umat ini yang sanggup membakar buku2 karya muslim dalam bidang philosophy dan beberapa buku dalam bidang theology cthnya karya Ibnu Rushd dan Al-Ghazali. Apa ni?? Malang sungguh nasib kita, (dalam bahasa yang agak kasar) tidak cukup dibantai oleh musuh Islam dengan saudara seakidah pun kena bantai. Dimana kita jika kita hidup dizaman Saidina Ali vs Muawiyyah semasa Perang Siffin berlaku.Di pihak Saidina Ali atau Muawiyyah atau golongan yang tidak ambil peduli masalah ummat? Sangat sukar bukan.Saya sendiri bingung dalam memilih kerana kedua-duanya sahabat Rasulullah saw. Apa yang pasti, bukan golongan yang ketiga tadi. Ini sangat merugikan umat Islam sendiri. Musuh2 Islam bersorak kegembiraan melihat wayang umat ini berpecah-belah.


Ketika dunia telah digemparkan dengan serangan PWTC, Amerika mengaitkan Osama bin Laden adalah pengganas yang mendalang tragedy buruk ini. Apabila pihak media meminta Yusuf Islam(cat steven-tak silap,time tu sudah 10 tahun memeluk islam) memberi komen tentang keterlibatan Osama bin Laden yang dilabelkan penganas dunia ini. apa katanya?? Isinya lebih kurang begini, Jika Osama berada di pihak yang benar, saya akan berada dipihaknya dan sekiranya betul Osama bin Laden adalah pengganas dunia, saya tetap akan berada dipihaknya untuk menasihatinya supaya tidak menzalimi diri sendiri. Orang muslim adalah bersaudara dan saya tidak akan membenarkannya terus menzalimi diri sendiri melakukan dosa.


Subhanallah, cantiknya ukhuwwah islamiyyah ini. Pandangan seorang yang memahami islam, yang sentiasa menyokong orang muslim kearah kebenaran.Jika betul… dia setuju, jika salah… dia betulkan.Bagaimana dengan kita? Apa stand kita jika berhadapan dengan dua orang muslim yang menghadapi konflik, seorang adalah sahabat baik kita yang terang-terang bersalah manakala seorang lagi sahabat biasa yang berada di pihak yang benar. Apa yang menjadi pegangan kita?? Hm...berteori memang mudah,praktikalnya!Tepuk dada tanya IMAN.


“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kpdmu dahulu(masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dgn kurnia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah selamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kpdmu agar kamu mendapat petunjuk” Al-Imran 3:103


Ya Allah, satukan lah hati2 kami dalam mencari redhaMU.Amin…